CLIMBING
Panjat Tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock
Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas
dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa
dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan
peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada
umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing
dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan mempunyai tingkat
kesulitan tertentu
.
Pada perkembangannya kegiatan panjat tebing berevolusi menjadi
berbagai dimensi kegiatan: olahraga yang mengejar prestasi, petualangan
yang mengejar kepuasan pribadi, dan sebagai kegiatan profesi untuk
mencari nafkah yaitu
Kerja pada Ketinggian.
Sejarah Panjat Tebing Indonesia
Pada sekitar tahun
1960, perkembangan panjat tebing di Indonesia dimulai, dimana Tebing 48 di
Citatah,
Bandung. mulai dipakai sebagai ajang latihan oleh pasukan TNI AD.
Tahun
1976, merupakan awal mula panjat tebing modern di Indonesia dimulai, yaitu ketika
Harry Suliztiarto mulai berlatih memanjat di Citatah, Bandung dan diteruskan dengan mendirikan
SKYGERS ''Amateur Rock Climbing Group'' bersama tiga orang rekannya, Heri Hermanu, Dedy Hikmat dan Agus R, yang pada tahun 1977.
Tahun
1979, Harry Suliztiarto memanjat atap
Planetarium Taman Ismail Marzuki,
Jakarta.
yang merupakan upaya mempublikasikan olahraga panjat tebing di
Indonesia. Skygers mengadakan Sekolah Panjat Tebing yang pertama pada
tahun
1981.
Tahun
1980,
Tebing Parang,
Purwakarta,
Jawa Barat. Untuk pertama kalinya dipanjat oleh team ITB, dan masih pada tahun yang sama
Wanadri menjadi team Indonesia pertama yang melakukan ekspedisi ke
Cartenzs ''Pyramide'', mereka gagal sampai puncak, namun berhasil di
Puncak Jaya dan
Cartenzs Timur.
Tahun
1982,
terjadi tragedi dengan merenggut korban tewas pertama panjat tebing
Indonesia adalah Ahmad, salah satu pemanjat asal Bandung, tragedi
terjadi ketika melakukan pemanjatan pada
Tebing 48 di
Citatah.
Pada tahun
1984, Skygers dan Gabungan Anak Petualang memanjat
Tebing Lingga di
Trenggalek,
Jawa Timur serta
Tebing Ulu Watu di
Bali.
Tahun
1985,
Tebing Sorelo,
Lahat,
Sumatra Selatan. dipanjat oleh Team Ekspedisi Anak Nakal.
Pada tahun
1986, Kelompok Gabungan
Exclusive berhasil memanjat
Tebing Bambapuang di
Sulawesi Selatan, Lalu Kelompok Unit Kenal Lingkungan
Universitas Padjajaran memanjat
Gunung Lanang di
Jawa Timur, Team Jayagiri merampungkan Dinding Ponot di Bendungan,
Si Gura-gura,
Sumatra Utara.
Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berhasil dengan
menciptakan lintasan baru. Sebagai catatan, bahwa kompetisi panjat
tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, kompetisi
dilaksanakan pada tebing alam dan sempat ditayangkan oleh Televisi
Republik Indonesia.
Tercatat pada tahun
1987, Ekspedisi
Wanadri yang menyelesaikan pemanjatan di
Tebing Unta di
Kalimantan Barat, Kelompok Trupala memanjat
Tebing Gajah di
Jawa Tengah dan Skygers memanjat
Tebing Sepikul di Jawa Timur. Pada tahun ini pula lomba panjat tebing di Indonesia yang pertama dilaksanakan, yaitu di
Tebing Pantai Jimbaran, Bali.
Tahun
1988, Kantor Menpora bekerjasama dengan Kedutaan Besar
Perancis
mengundang empat pemanjat mereka untuk memeperkenalkan dinding panjat
serta memberikan kursus pemanjatan. Pada akhir acara, terbentuk
Federasi Panjat Gunung dan Tebing Indonesia(FPTGI), yang diketuai oleh Harry Suliztiarto. Pada tahun yang sama
Aranyacala Trisakti mengadakan ekspedisi panjat tebing, pada Tower III,
Tebing Parang, Jawa Barat. yang dipanjat oleh kelompok yang kesemua anggotanya putri. Kelompok putranya memanjat
Tebing Gunung Kembar di
Citeureup,
Bogor.
Sandy Febryanto (Alm) dan Djati Pranoto melakukan panjat kebut yang
pertama dilakukan di Indonesia, di Tower I Tebing Parang, yang mana
merupakan pemanjat tebing besar pertama yang dilakukan tanpa menggunakan
alat pengaman, waktu yang diperlukan adalah empat jam.
Pada tahun ini(1988), Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing memerlukan
waktu lima hari pemanjatan dan menjadi penyebab kagagalan untuk memenuhi
target dua hari pemanjatan di Dinding Utara Eiger, Alpen, Perancis.
Sedangkan ekspedisi dari
Pataga Jakarta
berhasil menciptakan lintasan baru pada dinding yang sama.
Keberangkatan Sandy Febriyanto dan Djati Pranoto ke Yosemite, AS. untuk
memanjat Half Dome guna memecahkan rekor Speed Climbing, pada tahun
1988, dan mengalami kegagalan pula di El Capitan.
Sejarah Panjat Tebing Modern di Indonesia
21 April 1988 14.45 WIB Kaum Pendaki Tebing/Gunung menyatakan
Pembentukan Federasi Pemanjat Gunung Indonesia di Tugu Monas. DOkumen
ini pada perjalanannya berubah menjadi Federasi Panjat Tebing Indonesia.
Dan hingga ini federasi pendaki gunung masih belum keliatan.
Tahun
1989,
dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah dengan gugurnya
salah satu pemanjat terbaik: Sandy Febriyanto, terjatuh di
Tebing Pawon,
Citatah,
Bandung.
Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru menyebar ke segala
penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di bumi pertiwi ini,
seperti: Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala memanjat
Tebing Bambangpuang, lalu dari Arek Arek Young Pioner Malang memanjat
Tebing Gajah Mungkur di seputaran Kawah
Gunung Kelud, Kelompok Mega dari
Univeritas Taruma Negara
mengadakan Ekspedisi Marathon Panjat Tebing yang merambah tebing-tebing
Citatah, Parang, Gajah Mungkur dan berakhir di Uluwatu, Bali. dalam
waktu hampir sebulan, ini merupakan marathon panjat tebing pertama di
Indonesia.
Pada tahun ini(1989) tak kurang sepuluh kejuaraan panjat tebing
diselenggarakan, beberapa yang besar diantaranya: Unpad Bandung, Tri
Sakti Jakarta, ISTN Jakarta, Markas Kopassus Grup I di Serang, dua kali
oleh Trupala Jakarta (Balai Sidang Ancol). Kelompok Kapa Ul dan Geologi
ITB. Di akhir tahun 1989, ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono yang
melakukan pemanjatan solo di Tebing Tower III Parang, ini merupakan
artificial solo Climbing pertama pada tebing besar di Indonesia.
Tahun
1990,
Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) di gelar di Jakarta, dengan
ketinggian 15 meter dan dibangun empat sisi. Pada tahun ini pula, Pataga
Jakarta mendaki Puncak Carstenz
Pyramide dan Puncak Jaya.
Tahun
1991,
Rapat Paripurna Nasional FPTI yang pertama di selenggarakan di Puncak
Jabar. Pada tahun ini, untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan atlit
panjat tebing di kejuaraan Oceania-
Australia,
empat atlit yang dikirim hanya Andreas dan Deden Sutisna yang mendapat
peringkat keempat dan lima. Dengan keikutsertaan ini membuka mata dunia
panjat tebing Internasional, bahwa Indonesia sudah memepunyai atlit
panjat tebing berskala Internasional. FPTI mengeluarkan peraturan panjat
dinding pertama dan Pengda FPTI Jatim bekerjasama dengan Impala
Univeritas Merdeka Malang yang mengadakan Climbing Party di
Lembah Kera, diikuti oleh puluhan pemanjat, membuat jalur-jalur pada Lembah Kera dan diskusi panjat tebing.
Gabungan tim panjat tebing Putri yang terdiri dari Atlet Aranyacala
Trisakati, Mahitala Unpar dan IKIP Bandung Mengadakan pemanjatan di
Half Dome, AS. Ekspedisi pemanjatan putri tahun 1991 di
Cima,
Ovest,
Italy.
Pada tahun ini pula tercatat beberapa kecelakaan di dinding panjat:
Zainudin tewas di Samarinda karena tidak memasang pengaman, tiga
pemanjat lagi jatuh dan cedera (lumpuh dan patah tulang), semua kejadian
tersebut disebabkan oleh tidak diikutinya prosedur keselamatan
pemanjatan. Satu prestasi lagi dilakukan oleh Maully MW Wibowo,
melakukan pemanjatan solo (free solo) pertama di Bambapuang.
Tahun
1992,
Kejurnas Panjat Tebing I, di selenggarakan di Padang. Tampil sebagai
juara adalah kontingen dari Jakarta. Ronald Marimbing dan Panji Santoso
mengikuti Asian Championship di
Seoul.
Sementara Mamay S, Salim dan Maully MW Wibowo mengikuti kursus Juri dan
Pembuat Jalur disambung dengan Rapat CICE Asia. Budi Cahyono, yang
dikontrak oleh perusahaan Rokok, berangkat ke Taiwan untuk melakukan
Pemanjatan Iklan. FPTI diterima secara resmi menjadi anggota UIAA,
disusul dengan pengiriman ke Rapay CICE Asia di Hongkong.
Pada tahun
1994, Tim FPTI gagal berangkat ke
Fixroy dan
Aconcagua.
Secara resmi FPTI menjadi Anggota KONI yang ke 50. Ronald M dan Nunun
Masruruh menduduki peringkat ke sembilan dan keduabelas di kejuaraan
Asia ke III di Jepang, sementara Hendricus Mutter rapat CICE di Jepang.
Mamay S’Salim dan Kresna Huiarna melakukan pembuatan jalur di
tebing-tebing
Taiwan.
Tahun
1995, Rapat Paripuma Nasional FPTI III, terselenggara di
Kaliurang,
Yogyakarta. Kejumas Panjat Tebing ke III diadakan di Alun-alun Utara Yogyakarta, dan Juara Umum diboyong oleh DKI
Jakarta dengan menggeser kontingen
Jawa Barat dan
Sumatra Barat.
Dalam Kejumas III ini pula mulai dilombakan kelas panjat Speed yang
pertama diadakan di Indonesia. Masih pada bulan yang sama, tahun 1995,
di Yogyakarta diadakan pula kursus Juri dan Pembuat Jalur, diikuti oleh
Pengurus Pengda FPTI series dari ABRI dan
Pramuka.
Pada tahun
1997,
Asmujiono dan disusul Missirin (Kopassus) yang tergabung dalam expedisi
gabungan sipil dan militer ke Puncak Everest, berhasil mencapai puncak
dan berhasil menjadi orang
Asia Tenggara pertama yang mencapai Puncak
Everest.
Tahun
2000, panjat tebing resmi menjadi cabang olah raga yang dipertandingkan di
Pekan Olahraga Nasional ke XV, di
Surabaya sebagai cabang olahraga mandiri. Pada tahun yang sama, Sekolah
Vertical Rescue
angkatan pertama diselengggarakan oleh Perguruan Panjat Tebing SKYGERS
Indonesia dengan jenazah Roni Aral yang berhasil dievakuasi oleh tim
vertical rescue SKYGERS dari kedalaman 600m di
Gunung Cikuray, Jawa Barat.
Tahun
2001, tim
vertical rescue SKYGERS terlibat dalam evakuasi dua jenazah di
Gunung Salak, Jawa Barat.
Pada tahun
2003, rekor baru pembuatan jalur panjat tebing alam terbanyak tercipta sebanyak 400 buah jalur pemanjatan oleh Tedi Ixdiana.
Tebing Siung
di Kawasan Yogjakarta digempur oleh tim SKYGERS , berakhir dengan
terciptanya 45 jalur. Tedi Ixdiana dan Tim MATRA membuat jalur
free climbing pertama di
Gunung Krakatau,
Selat Sunda.
Pada Tahun
2004, Pemanjatan Tebing Pantai Jawa dan Bali oleh SKYGERS dan Tim
EXPEDITION METRO TV 2004. termasuk pemanjatan
Tebing Mandu,
Indonesia.
Tahun 2004 panjat tebing resmi menjadi cabang olahraga yang
memperebutkan medali di PON 2004. Sesuai SK FPTI No.
108/SKEP-PPFPTI/07.04 cabang panjat tebing pada PON 2004 memperebutkan
14 medali emas yaitu:
- Perorangan kesulitan putra
- Perorangan kesulitan putra
- Perorangan kecepatan putra
- Perorangan kecepatan putri
- Perorangan jalur-pendek putra
- Perorangan jalur-pendek putri
- Beregu kesulitan putra
- Beregu kesulitan putri
- Beregu kecepatan putra
- Beregu kecepatan putri
- Beregu jalur-pendek putra
- Beregu jalur-pendek putri
- Beregu ganda-campuran kesulitan
- Beregu ganda-campuran kecepatan
Tahun 2005, Indonesia menggirimkan Tedi Ixdiana dan Murjayanti untuk mengikuti kejuaraan panjat tebing alam “
International Invitation Tournament”, di Huguan Taihang Mountain Gorges,
Chiangzhi,
China. Pada tahun yang sama pula, pemanjatan pada tujuh
air terjun di Indonesia diprakarsai oleh tim EXPEDITION-MERTO TV dan SKYGERS.
[2]
Pedoman Kompetisi (PDK) Panjat Tebing Indonesia diterbitkan. PDK
berisi peraturan untuk mempersiapkan dan menjalankan kompetisi panjat
tebing yang sangat komprehensif. Isi PDK mengacu pada Competition Rules
yang dikeluarkan oleh
UIAA.
Tahun 2006 Sirkuit Panjat Tebing Indonesia pertama kali
digelar di Musi Banyuasin. Amri (Jawa Barat) dan Emi Zainah (DKI
Jakarta) sebagai juara untuk nomor lead putra dan putri. Nomor kecepatan
putra dan putri dijuarai oleh Abudzar Yulianto (Jawa Timur) dan Evi
Neliwati (Jawa Timur), sedangkan nomor Jalur-pendek keluar sebagai juara
pertama adalah kembali Abudzar Yulianto dan Hj WIlda keduanya mewakili
propinsi Jawa Timur.
Sirkuit Panjat Tebing Indonesia II dilakukan di Samarinda,
Kalimantan Timur pada tanggal 1 September 2006. Pada sirkuit ini pertama
kali dilombakan kompetisi untuk para pemanjat dari kalangan
militer/kepolisian dimana Praka Bobby Sahanaya (Denarhanud Rudal 002
Bontang) keluar sebagai juara di nomor kecepatan sedangkan untuk nomor
kecepatan peringkat pertama diraih oleh Agus Setiawan (Brimob Satuan
III/Pelopor Kelapa Dua Jakarta).
Tahun 2007 FPTI menggelar Musyawarah Nasional yang
menghasilkan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang
telah menyesuaikan dengan UU Sistem Keolahragaan Nasional (UU No. 3
tahun 2005).
Evi Neliwati
mencatatkan namanya sebagai pemanjat tebing Indonesia pertama yang
meraih peringkat pertama pada Seri Kejuaraan Dunia (World Cup Series)
2007 yang dilaksanakan di Singapura. Evi menyisihkan saingan terberatkan
dari Rusia. Catatan ini seolah menghapus kutukan bahwa para pemanjat
kita seperti
Etta Handrawati, Erianto Rojak dan lainnya yang selalu kalah dari para pemanjat Rusia.
Pada PON 2008 Kalimantan Timur, cabang olahraga panjat tebing memperebutkan 21 medali emas dari nomor perorangan dan beregu.
May 2010 Sport Climbing resmi menjadi cabang olahraga resmi
SEA Games 2011, hal ini diputuskan dalam Pertemuan the SEA Games
Federation di Jakarta 30 May 2010. Berita Gembira merupakan hasil dari
perjualan panjang komunitas panjat tebing se-Asia Tenggara yang dimotori
oleh
The Southeast Asia Climbing Federaion (SEACF) sejak terbentukan lembega tersebut tahun 1996 di Jakarta.
Pada 2011 panjat tebing pertama kali menjadi cabang olahraga
yang memperebutkan medali yaitu sebanyak 10 medali emas pada SEA Games
2011 Palembang, Indonesia. Keputusan itu dihasilkan pada pertemuan the
SEA Games Federation Maret 2011 di Bali, Indonesia.
13 Nopember 2011
Aan Aviansyah
(21) atlit panjat tebing Indonesi berhasil mengukirkan namanya sebagai
atlit pertama yang meraih medali emas pada cabang olahraga Panjat Tebing
pada ajang SEA Games XXVI 2011 di Jakabaring, Palembang, Sumetara
Selatan. Tim panjat tebing Indonesia meraih 9 dari 10 emas yang
diperebutkan, hasil ini menjadi penghalang utama cabang panjat tebing
pada SEA Games berikutnya.
Pemandu WIsata Panjat Tebing: Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) Pemandu Wisata Panjat Tebing terbit sesuai
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.194 Tahun 2011.
Standar ini sejatinya untuk memastikan bahwa tebing-tebing Indonesia
akan menjadi target tujuan wisata global dan pemandu pemanjatan adalah
anak bangsa sendiri.
Panjat Tebing Post Modern
12 Desember 2012 Tedi Ixdiana
dan kawan-kawan meproklamirkan berdirinya Komunitas Panjat Tebing Merah
Putih yang mempunyai fokus kegiatan pada panjat tebing alam antara lain
pembukaan dan pembuatan jalur pemanjatan, pendataan tebing dan jalur
pemanjatan, konservasi tebing alam, pembentukan jejaring vertikal
rescue.
30 Desember 2013 Katalog Panjat Tebing Indonesia
terbit secara online di media Internet. Katalog ini berisi data-data
kawasan, tebing dan jalur panjat tebing yang ada di seluruh Indonesia.
Pada perjalanannya katalg juga berisi istilah dan dokumen terkait dengan
panjat tebing. Katalog ini merupakan kontribusi dari Komunitas Panjat
Tebing Merah Putih dimana pengumpulan data dilakukan sejak pertengahan
tahun 2011.
19-26 Nopember 2013 Komunitas Panjat Tebing Merah Putih
membuka kawasan pemanjatan pertama di Kabupaten Raja Ampat, Papua
Barat. Pada kegiatan tersebut dituntaskan pembuatan Jalur ke-1.000 untuk
Indonesia di tebing Mama Painemo, Teluk Kabui, Kabupaten Raja Ampat,
Papua Barat.
10 Januari 2014 berdiri komunitas panjat tebing di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat dibawah naungan Komunitas Panjat Tebing Merah Putih.
Gerakan post modern ini sepertinya ingin mengembalikan ruh kegiatan
panjat tebing pada tebing alam yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke yang jumlahnya ribuan itu, yang jika tidak mulai dipikirkan
hanya akan jadi tontonan tuan rumah.
15 Mei 2014 sudah dipastikan bahwa panjat tebing tidak menjadi
cabang olahraga yang dilombakan pada pesta olahraga Asia Tenggara (SEA
Games) 2015 di Singapura. Kepastian ini berdasarkan hasil pertemuan the
SEA Games Federation yang diadakan di Singapura.
Lembaga Panjat Tebing di Indonesia
- Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI)
- Pengurus di tingkat propinsi adalah:
- Pengurus Daerah Propinsi Aceh
- Pengurus Daerah Propinsi Sumatera Utara
- Pengurus Daerah Propinsi Sumatera Barat
- Pengurus Daerah Propinsi Riau
- Pengurus Daerah Propinsi Kepulauan Riau
- Pengurus Daerah Propinsi Sumatera Selatan
- Pengurus Daerah Propinsi Jambi
- Pengurus Daerah Propinsi Bengkulu
- Pengurus Daerah Propinsi Lampung
- Pengurus Daerah Propinsi Banten
- Pengurus Daerah Propinsi Jawa Barat
- Pengurus Daerah Propinsi Jawa Tengah
- Pengurus Daerah Propinsi DI Yogyakarta
- Pengurus Daerah Propinsi Jawa Timur
- Pengurus Daerah Propinsi Bali
- Pengurus Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat
- Pengurus Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur
- Pengurus Daerah Propinsi Sulawesi Selatan
- Pengurus Daerah Propinsi Sulawesi Tengah
- Pengurus Daerah Propinsi Sulawesi Utara
- Pengurus Daerah Propinsi Kalimantan Selatan
- Pengurus Daerah Propinsi Kalimantan Barat
- Pengurus Daerah Propinsi Kalimantan Timur
- Pengurus Daerah Propinsi Kalimantan Tengah
- Pengurus Daerah Propinsi Papua Barat
- Badan Standarisasi Pemanjatan Indonesia
- Lembaga Pelatihan dan Sertifikasi Panjat Tebinng Indonesi
DI setiap propinsi ada pengurus tingkat kota atau kabupaten.
Jenis Batuan Tebing
Jenis batuan tebing yang biasa digunakan untuk pemanjatan dalam olah raga panjat tebing adalah sebagai
berikut;
• Batu Andesit
• Batu Kapur (Limestone)
• Batu Karang
Peralatan Panjat Tebing
Jumlah setiap peralatan yang digunakan akan dipengaruhi oleh jumlah
pemanjat, tehnik pemanjatan maupun medan pemanjatan. Macam peralatan
akan dipengaruhi oleh kesiapan pemanjat, baik kemampuan maupun
antisipasinya.
Berikut beberapa peralatan dasar yang digunakan untuk memanjat tebing:
•
Helm, pada pemanjatan tebing berfungsi kurang lebih sama dengan
helm pada umumnya yaitu untuk melindungi kepala dari benturan. Helm
digunakan untuk pemanjatan pada tebing alam, selain untuk menhindari
benturan kepada pada tebing juga untuk mengurangi risiko jika tertimpa
banda jatuh. Untuk pemanjatan artifisial (terutama saat kompetisi)
penggunaan helm tidak lazim.
•
Kernmantle rope/Tali kernmantle, merupakan peralatan pengaman utama bagi pemanjat dari kejatuhan dengan jarak ketinggian tertentu. Panjang
Kernmantle rope
rata-rata adalah 70 meter. Jenis kernmantle untuk pemanjatan terbagi
menjadi dua: dinamik dan statik. Tali dinamis biasa digunakan untuk
pemanjatan dengan teknik lead (rintisan) karena ketika pemanjat terjatuh
akan mempunyai elastitas yang cukup baik sehingga menghindari terjadi
cedera dalam (khususnya tulang belakang). Tali statik pun tidak sarankan
untuk digunakan mengingat elastitasnya yang sangat rendah yang
berbahaya pada energi yang terpaksa harus diterima oleh tubuh jika
terbebani saat pemanjat terjadi.
•
Climbing Shoes/Sepatu Panjat untuk panjat tebing
maupun panjat dinding memiliki kesamaan fungsi, yaitu untuk membantu
pemanjat untuk berpijak pada permukaan vertikal, dan melindungi kaki
dari tajamnya bebatuan maupun gesekan bebatuan yang kasar.
•
Chalk bag/Kantung kapur, merupakan sebuah tas kantung
untuk menampung bubuk magnesium klorida, yang membantu pemanjat
mengurangi kelembapan pada telapak tangan ketika melakukan pemanjatan,
sehingga dapat membuat pegangan pemanjat tetap stabil.
•
Sling, sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding,
sling dapat digunakan sebagai
runners, back up maupun menjadi bagian pengaman lainnya.
Sling dibagi menjadi dua macam,
sling prusik dan
sling webbing, untuk panjang dan diameter
sling memiliki banyak variasi.
•
Full Body harness, merupakan peralatan panjat yang dikenakan pada tubuh.
Body harness biasa digunakan untuk dunia kerja,
rescue dan
flying fox. Body harness membantu penggunanya untuk tetap dalam posisi duduk.
•
Seat harnes, selain Full Body harness dikenal juga seat harness. Untuk pemanjatan sport dan petualangan (
mounteineering)
lazim digunakan seat harness, karena simple. Sedangkan full body
harness digunakan di dunia industri. Perbedaan full-body dan seat-haness
adalah saat pemanjat jatuh full body harness akan mempunyai kemungkinan
yang sangat besar pemanjat akan jatuh dengan posisi kaki dibawah,
sedangkan seat-harness mempunyai kemungkinan kepala berada dibawah
ketika terjatuh. Sehingga untuk dunia kerja yang sangat menghindari
risiko, seat harness tidak dibenarkan untuk digunakan.
•
Sarung tangan, akan melindungi tangan bagi
belayer ketika mengamankan pemanjat maupun
rapler dari bahaya gesekan telapak tangan dengan tali pengaman.
•
Hammer/palu, sangat dibutuhkan untuk pemasangan pengaman buatan berupa
piton pada panjat tebing, cara membawa
hammer akan lebih mudah bagi pemanjat jika tali pada hammer disilangkan pada bahu pemanjat.
•
Carabiners, diciptakan untuk menggabungkan berbagai jenis peralatan.
Carabiners memiliki banyak bentuk dan variasi, umumnya
carabiners dibagi menjadi dua jenis, yaitu
carabiner non screw gate dan
carabiner screw gate.
Carabiners biasa dihubungkan pada tali maupun pengaman untuk pemanjatan, carabiner sangat kuat karena sebuah nyawa disandarkan pada
carabiner ketika dilakukan suatu pemanjatan dari bahaya jatuhnya pemanjat dari ketinggian.
•
Quickdraw/runner, merupakan gabungan antara
prusik dan dua buah
carabiner. Biasanya digunakan untuk menjadi bagian penyambung antara
chocks,
friends,
tricams,
bolts ataupun
pitons terhadap tali
carnmantel.
•
Hand ascender, merupakan peralatan yang digunakan
untuk membantu pemanjat dalam menaiki tebing dan bertumpu pada bantuan
tali, secara otomatis
hand ascender maupun jenis
ascender lainnya akan mencatut tali jika diberi beban dan akan mudah digeser jika tidak memiiki beban.
•
Ascender handle, juga merupakan jenis
ascender.
Ascender handle merupakan pengembangan dari
hand ascender dengan fungsi yang dimiliki kurang lebih sama.
•
Rigger plate, berfungsi sebagai
plat conector dari
anchor point ke lintasan, karena dalam beberapa kasus dibutuhkan beberapa lintasan dalam satu
anchor point fix.
Rigger plate terdiri dari sebuah plat yang memiliki beberapa lubang, yang dapat ditempati oleh lebih dari 2 pengaman.
•
Edge Rollers, Merupakan pelindung tali yang didesign
untuk mencegah terjadinya gesekan antara tali dengan sudut bidang,
dinding batu, dan sebagainya.
•
Padding, berfungsi untuk memberi perlindungan pada
tali dari gesekan benda tajam, seperti gesekan tali dengan sudut tebing,
dinding,dll.
Padding terbuat dari bahan terpal, canvas, matras, karet tebal yang tahan terhadap gesekan.
•
Cams/ friends/ spring loaded camming device (SLCD),
Friends
merupakan salah satu jenis pengaman sisip yang digunakan dalam panjat
tebing, anda dapat menarik tuas baja yang membuat bagian ujung
friends menyempit dan melepaskannya pada celah yang diinginkan.
Friends sangat
fleksible, karena dapat digunakan pada berbagai ukuran celah/rongga.
•
Pitons, merupakan pengaman yang ditancapkan pada rongga-rongga tebing,
piton memiliki empat jenis yaitu
Bongs, Bugaboons, Knife-blades dan
Angle.
•
Nuts/Chock friends merupakan jenis pengaman sisip yang dimana cara penggunaannya dengan menyelipkan
nuts pada sebuah rekahan yang sesuai.
Nuts/Chock friends memiliki ukuran yang berbeda-beda untuk itu
nuts biasanya tersedia dalam set.
•
Hexes/chock hexentris, memiliki fungsi yang sama dengan
nuts tetapi
hexes berbentuk tabung segi enam.
Hexes tetap memiliki kekuatan yang baik walaupun agak sulit dalam penggunaannya.
Hexes tersedia dalam beberapa ukuran.
•
Tricams, merupakan pengaman sisip selanjutnya. walaupun berbeda bentuk, tetapi fungsinya sama dengan
nuts dan
hexes. Pemakaiannya relatif sulit, tidak dianjurkan dipakai untuk pemula.
•
Figure eight/figur delapan, peralatan ini termasuk salah satu
Descender adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni medan
vertical dan tali sebagai jalur. Bentuknya menyerupai angka 8, ukuran dan bentuknya bermacam-macam,
rate strange 3000 kg., menggunakan alat ini menyebabkan puntiran pada tali salah satu kelemahan alat ini ketika digunakan.
•
Autostop, berfungsi sebagai
desender dan ini di-design untuk pengereman automatis, system kerja pengereman automatis akan bekerja ketika
handle kita lepaskan. Selain itu alat ini dapat juga digunakan sebagai alat
belay (
belay device) untuk menurunkan korban dari ketinggian, atau dapat juga kita gunakan untuk
ascending dengan tambahan kombinasi
ascender.
Teknik Panjat Tebing
Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan seluruh medan tebing, antara lain:
•
Face Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan tonjolan batu(
point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai pijakan kaki, pegangan tangan maupun penjaga keseimbangan tubuh.
•
Friction / Slab Climbing, Teknik ini semata-mata
hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada
permukaan tebing yang tidak terlalu
vertical, kekasaran
permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar
diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar
mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan
memberikan gaya gesek yang baik, sehingga pemanjatan dapat dilakukan
dengan lebih mudah.
•
Fissure Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure
climbing ini lebih memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota
badan untuk melakukan panjatan.
Dengan cara demikian, maka beberapa pengembangan dari
fissure climbing, dikenal teknik-teknik dengan tehnik sebagai berikut ;
a.
Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah
yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, ataupun bagian-bagian
tangan hingga bahu pemanjat dapat dimanfaatkan sebagai tehnik untuk
memanjat dengan cara memanfaatkan
crack/retakan pada tebing untuk melakukan pemanjatan. Peralatan yang digunakan secara mayoritas adalah pengaman sisip.
b.
Chimneying, teknik memanjat celah
vertical yang cukup lebar pada tebing(
chimney).
Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel dan mendorong di
salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan,
dan sebelah lagi menempel ke tebing yang berrada dibelakang pemanjat.
Kedua tangan diletakkan menempel pada tebing. Kedua tangan membantu
mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan
berat badan.
c.
Bridging, teknik memanjat pada celah
vertical yang cukup besar (
gullies).Tehnik
ini menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua
permukaan tebing. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu
oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
d.
Lay back, teknik memanjat pada celah
vertical
dengan menggunakan kekuatantangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan
mengait tepi celah tersebut dengan posisi badan membeban ke belakang
dan menempel kesisi tebing, untuk memperkuat pegangan pemanjatnya. kedua
kaki berpijak dan mendorong pada tepi celah yang berlawanan untuk
menghasilkan daya angkat.
e.
Hand traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (
horizontal). Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat
vertical
sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak
memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat
mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar
berat badan dapat terbagi lebih rata.
f.
Mantelself, Teknik memanjat tonjolan-tonjolan
(teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi, namun cukup besar untuk
diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya. Kedua tangan digunakan
untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan kaki. Bila
tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan
berubah dari menarik menjadi menekan untuk mengangkat berat badan yang
dibantu dengan dorongan kaki.
strategi sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu
sensitif membaca keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan
medan yang ada, sensitif dengan keketerbatasan-keterbatasan yang mungkin
timbul dan selalu dapat mengambil keputusan untuk memnfaatkan kemampuan
diri maupun alat semaksimal mungkin, me-manage semua sumber daya sebaik
mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.
Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan
Berikut jenis-jenis pemanjatan berdasarkan peralatan yang digunakan dalam pemanjatan tebing:
a.
Free Climbing, Sesuai dengan namanya, pada
free climbing
alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan
diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari
latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang tepat. Pada
free climbing,
peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam
pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat
tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam
pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh
belayer.
b.
Artificial (Aid) Climbing, Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti
piton,
bolt,
dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering
sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan
tumpuan atau peluang gerak yang memadai. Tujuan dari aid climbing adalah
untuk menambah ketinggian.
c.
Free Solo Climbing, Merupakan bagian dari
free climbing,
tetapi si pendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap
dihadapinya sendiri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan
pengaman. Untuk melakukan
free soloing climbing, seorang pendaki
harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk
pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus
menghafalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan,
sehingga biasanya orang akan melakukan
free soloing climbing bila
ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi
pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu
dan benar-benar professional yang akan melakukannya. Teknik pemanjatan
ini sangat tidak disarankan mengingat risikoa yang dihadapi adalah
tertinggi dari teknik pemanjatan lain
Istilah
- Kawasan panjat tebing adalah wilayah pemanjatan yang terdiri minimal dari satu tebing alam pemanjatan.
- Tingkat Kesulitan Jalur Pemanjatan adalah skala subyektif
untuk mengukur seberapa sulit sulit suatu jalur pemanjatan. Tingkat
kesulitan diukur oleh para pemanjat yang mencoba suatu jalur,
berdasarkan percobaan itu ditentukanlah tingkat kesulitan. Di dunia
dikenal berbagai sistem pengukuran. Yang banyak digunakan di Indonesia
adalah skala pengukuran US Yosemite System yaitu menggunakan notasi 5.xx
(5.1 - 5.15). Jalur tersulit yang ada di Indonesia adalah di tingkat
5.13b yaitu jalur Si Berat di Tebing 125, Kawasan Pemanjatan Citatah,
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sedangkan kebanyakan tingkat
kesulitan pemanjatan di Indonesia adalah berkisar di 5.9-5.10.
- Tebing artifisial adalah fasilitas dinding panjat yang dibuat manusia.
- Tebing alam (natural rock) adalah tebing batu yang dapat dilakukan sebagai tempat untuk melakukan pemanjatan tebing
- Bouldering (jalur-pendek) adalah cara memanjat suatu jalur
yang berisi minimal satu titik-fokus kesulitan. Jenis jalur bouldering
mempunyai ketinggian maksimum yang aman dilakukan pemanjatan tanpa
menggunakan mengaman tali.
- Crux adalah titik tersulit pada jalur pemanjatan.
- Red-point adalah nilai yang diperoleh seorang pemanjat jika
berhasil melakukan pemanjatan tanpa membebankan tali pengaman pada suatu
jalur pemanjatan setelah melakukan percobaan pemanjatan lebih dari satu
kali.
- On-sigth adalah nilai tertinggi yang diperoleh oleh seorang
pemanjat jika berhasil melakukan pemanjatan tanpa membebankan tali
pengaman dengan satu percobaan dan tanpa melihat pemanjat lain
sebelumnya melakukan pemanjatan pada jalur tersebut.
- Lead climbing adalah teknik memanjat jalur pemanjatan dimana
pemanjat pertama memasang peralatan pengaman dan diamankan oleh seorang
pengaman (belayar) dari bawah. Teknik pemanjatan ini cocok untuk pemanjat yang telah mempunyai kemampuan memadai untuk melakukan pemanjatan.
- Top-rope climbing adalah teknik memanjat suatu pemanjatan
dimana tali pengaman pemanjatan telah terpasang pada titik akhir
pemanjatan dan pemanjat tidak perlu memasang sendiri pengamanan selama
pemanjatan. Pada pemanjatan ini pemanjat nyaris tidak mungkin jatuh jika
gagal melakukan pemanjatan. Teknik ini digunakan untuk pemanjat pemula
yang akan melakukan pemanjatan suatu jalur.
- Jalur-tersedia adalah jalur pemanjatan telah dibuat oleh
pemanjat sebelumnya yang telah diberi pengaman permanen (berupa hanger
atau piton) sehingga pemanjat lain tinggal mengaitkan cincin kait untuk
mengamankan pemanjatannya.